Setelah dikenal sebagai negara yang memberikan dan menjual puluhan juta dosis vaksin virus corona (Covid 19) ke banyak negara di dunia, India tiba tiba mengalami 'kelangkaan' vaksin. Ini terjadi saat infeksi baru Covid 19 di negara terpadat kedua di dunia itu mengalami lonjakan signifikan terkait kasus virus tersebut. India mencatat rekor 200.000 kasus infeksi setiap harinya untuk kali pertama sejak Kamis lalu.
Ini mendorong negara tersebut mencoba melakukan vaksinasi pada lebih banyak populasinya menggunakan vaksin yang diproduksi di dalam negeri. Dikutip dari laman Global News , Selasa (20/4/2021), selain tengah menghadapi kasus yang melonjak secara signifikan dan rumah sakit yang penuh dengan pasien Covid 19 setelah pemerintah memberlakukan pelonggaran sistem penguncian (lockdown), negara di Asia Selatan ini juga tiba tiba mengubah aturan untuk memungkinkannya mempercepat 'impor vaksin'. Hal ini tentunya membuat bingung para produsen vaksin, satu di antaranya produsen asal Amerika Serikat (AS), Pfizer.
India rencananya akan mengimpor vaksin Sputnik V dari Rusia mulai April ini untuk menargetkan vaksinasi terhadap 125 juta orang. Mirisnya, keputusan ini tentu tidak hanya dapat menghambat perjuangan India untuk mengatasi pandemi, namun juga kampanye vaksinasi bagi lebih dari 60 negara miskin di dunia, terutama di benua Afrika, yang akan berlangsung selama bulan bulan mendatang. Perlu diketahui, program COVAX, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan aliansi vaksin GAVI sengaja didirikan untuk memberikan akses yang adil bagi negara miskin dan berkembang di seluruh dunia dalam mendapatkan vaksin Covid 19.
Program ini sangat bergantung pada pasokan vaksin dari India, yang dikenal sebagai pusat kekuatan farmasi Asia. Namun sejauh ini pada bulan April 2021, India baru mengekspor sekitar 1,2 juta dosis vaksin. Menurut data dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) India, angka itu sebanding dengan 64 juta dosis yang dikirim ke luar negeri antara akhir Januari hingga Maret lalu.
Seorang pejabat setempat yang mengetahui strategi vaksin India mengatakan bahwa vaksin yang tersedia akan diutamakan penggunaannya di dalam negeri. Karena negara itu tengah menghadapi 'situasi darurat'. "Tidak ada komitmen dengan negara lain," kata pejabat tersebut.
Sementara itu Kemlu India yang mengawasi kesepakatan vaksin dengan negara lain, mengatakan pada 11 April lalu bahwa permintaan dan kebutuhan dalam negeri India akan menentukan jumlah vaksin yang dapat diekspor. Kelangkaan vaksin ini telah dirasakan beberapa negara yang bergantung pada skema COVAX. Seorang pejabat kesehatan di Perserikatan Bangsa bangsa (PBB) yang terlibat dalam peluncuran program vaksin di benua Afrika mengatakan bahwa 'Menjadi sangat bergantung pada satu produsen merupakan kekhawatiran besar'.
Sedangkan Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, John Nkengasong menegaskan pada awal April lalu bahwa penundaan pasokan dari India ini bisa menjadi 'bencana besar' bagi dunia dalam melawan pandemi Covid 19.
Leave a Reply